Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Jika malam nisfu Sya’ban tiba, maka salatlah di malam hari, dan berpuasalah di siang harinya, karena sesungguhnya pada malam itu, setelah matahari terbenam, Allah turun ke langit dunia dan berkata, adakah yang beristighfar kepada-Ku, lalu Aku mengampuninya. Adakah yang memohon rezeki, lalu Aku memberinya rezeki, adakah yang tertimpa bala, lalu Aku menyelamatkannya, demikian seterusnya hingga terbitnya fajar.” (HR Ibnu Majah).

Sya’ban adalah salah satu bulan istimewa, bulan yang dihormati dalam agama Islam. Selain Muharam, Zulhijah, dan Rajab. Keistimewaan bulan ini dimulai sejak dari awal bulan hingga akhir bulan. Akan tetapi, keistimewaan yang lebih, terdapat pada malam Nisfu Sya’ban, yaitu malam kelima belas pertengahan bulan sya’ban.

Setiap mukmin harus meningkatkan amal-amal kebajikannya, khususnya di malam Nisfu Sya’ban, malam yang diberkahi dan malam yang dianjurkan meningkatkan amal-amal kebajikan, seperti memperbanyak shalat di malam itu. Sedangkan di pagi harinya kita diperintahkan berpuasa Nisfu Sya’ban.

Disamping menganjurkan berpuasa di bulan Sya’ban, Rasulullah saw. juga melarang umatnya berpuasa jika hal tersebut dilakukan sehari atau dua hari sebelum bulan sya’ban berakhir. Sebagaimana sabda saw. : “Janganlah kalian mendahului Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari sebelumnya kecuali orang yang terbiasa berpuasa maka puasalah.” (HR. Bukhari No. 1983 dan Muslim No. 1082 dari Abu Hurairah).

Seorang penyair berkata :
“Jika sepuluh malam bulan Sya’ban telah lewat, maka tingkatkan ibadah malammu dengan berpuasa di siang hari.
Dan janganlah engkau minum dengan gelas yang kecil karena dunia telah penuh dengan segala macam yang kecil.”

Bait-bait puisi di atas mengisyaratkan bahwa pada malam Nisfu Sya’ban kita harus memperbanyak ibadah malam dan amal-amal kebajikan. Karena malam itu adalah malam penentuan catatan amal-amal kebajikan. Seorang yang baik amal-amal kebajikannya dan ia berimaan maka ia menjadi wali Allah. Kelak, sebelum ia menghembuskan nafasnya yang terakhir, para malaikat akan datang kepadanya seraya berkata: “Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu minta.”(QS. Fushshilat: 31).

Dari ayat di atas, bahwa seorang yang memfokuskan kehidupannya untuk akhiratnya, ia tidak boleh melupakan bagian dunianya, sehingga ia berusaha sekuat mungkin untuk mendapatkan kenikmatan dunianya, karena dunia adalah tempat untuk bercocok tanam untuk akhirat.

Kita sebagai umat Islam sangat dianjurkan untuk meramaikan malam Nisfu Sya’ban dengan cara memperbanyak ibadah, shalat sunah, memperbanyak bacaan zikir, memperbanyak membaca selawat, membaca Al-Qur’an, bersedekah, berdoa, dan mengerjakan amal-amal saleh lainnya.

Diriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda “Bulan Sya’ban itu bulan yang biasa dilupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab dengan bulan Ramadan. Ia adalah bulan diangkatnya amal-amal oleh Tuhan. Aku menginginkan saat diangkat amalku aku dalam keadaan sedang berpuasa. (HR Nasa’I dari Usamah).

Lebih jauh dari itu, pada malan Nisfu Sya’ban Allah Swt menurunkan berbagai kebaikan kepada hambanya yang berbuat baik pada malam tersebut. Kebaikan-kebaikan itu berupa syafaat (pertolongan), magfirah (ampunan), dan itqun min azab (pembebasan dari siksaan).

Nisfu Sya’ban dinamakan juga sebagai malam pengampunan atau malam magfirah, karena pada malam itu Allah Swt menurunkan pengampunan kepada seluruh penduduk bumi, terutama kepada hambanya yang saleh. Namun, dalam pemberian ampunan itu dikecualikan bagi orang-orang yang masih tetap pada perbuatannya mensyarikatkan Allah atau musyrik, dan bagi mereka yang tetap berpaling dari Allah Sw. Nabi bersabda: “Tatkala datang malam Nisfu Sya’ban Allah memberikan ampunan-Nya kepada penghuni bumi, kecuali bagi orang syirik (musyrik) dan berpaling dari-Nya. (HR Ahmad).

Ibn Ishak meriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah memanggil isterinya, Aisyah dan memberitahukan tentang Nisfu Sya’ban. “Wahai Humaira, apa yang engkau perbuat malam ini? Malam ini adalah malam di mana Allah yang Maha Agung memberikan pembebasan dari api neraka bagi semua hambanya, kecuali enam kelompok manusia”.

Kelompok yang dimaksud Rasulullah yaitu:
Pertama, kelompok manusia yang tidak berhenti minum khamar atau para peminum minuman keras. Sebagaimana berulang kali dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan khamar adalah jenis minuman yang memabukkan, baik jenis minuman yang dibuat secara tradisional maupun jenis minuman yang dibuat secara modern. Istilah populernya adalah minuman keras atau miras. Termasuk juga kategori sebagai orang yang tidak berhenti minum khamar ialah orang-orang menyiapkan minuman tersebut atau para pembuat dan pengedarnya. Mereka ini tidak mendapat pembebasan dari api neraka, tetapi malah diancam dengan siksaan api neraka.

Kedua, orang-orang yang mencerca orangtuanya. Termasuk kategori mencerca orangtua ialah berbuat jahat terhadap orang tua yang dalam hal ini Ibu dan Bapak. Membentak orangtua juga termasuk perbuatan yang sangat dilarang. Allah Swt menegaskan kepada manusia untuk tidak beribadah selain kepada-Nya, maka berbuat baiklah kepada kedua orangtua. Kategori perbuatan baik terhadap orangtua, antara lain bertutur kata kepada keduanya dengan perkataan yang mulia, merendahkan diri kepada keduanya dengan penuh kasih sayang, dan mendoakan keduanya, “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di waktu kecil.”

Ketiga, orang-orang yang membangun tempat zina. Tempat berzina dimaksud adalah tempat pelacuran yang kini nama populernya tempat PSK (pekerja seks komersial). Golongan atau kelompok orang yang seperti ini, pada malam Nisfu Sya’ban tidak mendapat pembebasan dari api neraka, tetapi sebaliknya mereka akan mendapatkan siksaan dan azab.

Keempat, orang-orang atau para pedagang yang semena-mena menaikkan harga barang dagangannya sehingga pembeli merasa dizalimi. Misalnya, penjual bahan bakar minyak, termasuk minyak tanah. Harga dagangan jenis ini sudah ada harga standarnya, tetapi jika penjualnya menaikkan harganya secara zalim, maka penjual yang demikian itulah yang tidak mendapat pembebasan dari neraka.

Kelima, petugas cukai yang tidak jujur. Termasuk kategori petugas cukai adalah para kolektor pajak atau orang-orang yang menagih pajak dan retribusi. Misalnya, petugas cukai yang bertugas di pasar-pasar yang menerima uang atau cukai dari penjual dengan bukti penerimaan dengan karcis. Salah satu bentuk ketidakjujuran jika uang diterima tetapi tidak diserahkan bukti penerimaan (karcis).

Keenam, kelompok orang-orang yang memfitnah. Orang-orang kelompok ini suka menyebarkan isu dan pencitraan buruk, yang sesungguhnya hanyalah sebuah fitnah.

Keenam golongan inilah yang disebut tidak mendapat fasilitas itqun minannar. Atas dasar itu, kiranya kita semua dapat menyadari bahwa sesungguhnya bulan Sya’ban merupakan bulan persiapan untuk memasuki bulan suci Ramadan. Persiapan itu meliputi persiapan mental dan persiapan fisik. Manusia hendaknya memasuki bulan suci Ramadan dalam keadaan iman yang mantap dan dalam keadaan mendapatkan syafaat, serta dalam keadaan mendapat jaminan dan pembebasan dari siksaan api neraka.

Ketahuilah bahwa siapapun yang ingin berdo’a, berdzikir, bersembahyang wajib atau sunah, berpuasa dan lain-lainnya hendaknya ia mengetahui tata caranya masing-masing agar tidak keliru yang dapat membahayakan akidah dan agamanya karena ilmu pengetahuan adalah kehidupan Islam.

Dari paparan di atas, kita sebagai umat Islam sangat dianjurkan untuk meramaikan malam Nisfu Sya’ban dengan cara memperbanyak ibadah, shalat sunah, memperbanyak membaca zikir, memperbanyak membaca selawat, membaca Al-Qur’an, bersedekah, berdoa, dan mengerjakan amal-amal saleh lainnya.

Marilah kita manfaatkan malam yang mulia ini untuk mendekatkan diri dan memohon ampunan dan berdzikir sebanyak-banyaknya kepada Allah Swt.

Kita sebagai umat Islam semestinya tidak melupakan begitu saja, bahwa bulan Sya’ban adalah bulan yang mulia. Sesungguhnya bulan Sya’ban merupakan bulan persiapan untuk memasuki bulan suci Ramadhan. Dari sini, umat Islam dapat mempersiapkan diri sebaik-baiknya dengan mempertebal keimanan dan memanjatkan doa dengan penuh kekhusyukan.

Post a Comment

Previous Post Next Post