BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Perilaku adalah suatu fungsi dari
interaksi antara seseorang individu dengan lingkungannya.[1]
Pengertian tersebut menunjukkan bahwa seorang individu dengan lingkungannya amat
menentukan perilaku yang nampak antara keduanya secara langsung seperti halnya
individu dengan organisasi yang mempunyai sifat-sifat atau karakteristik
tersendiri dan apabila keduanya saling berinteraksi akan menimbulkan perilaku
individu dalam organisasi. Karakteristik yang dimiliki oleh organisasi
diantaranya adanya hierarki, tugas-tugas, wewenang, tanggung jawab, system
reward, system control dsb.
Karakteristik tersebut akan berpengaruh
terhadap individu-individu di dalamnya. Individu memiliki kemampuan maka
ia akan ditempatkan pada kursi yang sesuai dengan skill nya. Individu memiliki
kebutuhan untuk keberlangsungan hidupnya, maka organisasi akan memberikan
reward terhadap individu tersebut dengan imbalan individu itu mengerjakan
tugas-tugas, wewenang, tanggung jawab, dan bersedian untuk diatu (dikontrol)
oleh organisasi yang bersangkutan.Individu (manusia) menjadi dimensi yang amat
penting dan menjadi motor penggerak dalam organisasi. Apabila dimensi manusia
tidak ada, maka tidak akan ada organisasi. Perilaku individu adalah suatu
sikap atau tindakan yang ditampakkan oleh setiap individu. Setiap tindakan
individu pastilah berbeda-beda. Perilaku manusia muncul sebagai suatu fungsi dari
adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa Pendekatan yang sering
dipergunakan untuk memahami perilaku manusia?
2.
Apa Pengertian Perilaku
individu dalam Organisasi?
3.
Apa prinsip-prinsip dasar Memahami
Sifat-sifat Manusia?
4.
Jelaskan Hampiran untuk
Memahami Perilaku?
C.
Tujuan Masalah
1.
Mengetahui Pendekatan yang
sering dipergunakan untuk memahami perilaku manusia?
2.
Mengetahui Pengertian
Perilaku individu dalam Organisasi?
3.
Mengetahui prinsip-prinsip
dasar Memahami Sifat-sifat Manusia?
4.
Mengetahui Hampiran untuk
Memahami Perilaku?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar-dasar Perilaku Individu
Dalam ilmu
management, seorang manager harus mengetahui perilaku individu. Di mana setiap
individu ini tentu saja memiliki karakteristik individu yang menentukan
terhadap perilaku individu. Yang pada akhirnya menghasilkan sebuah motivasi
individu.[2]
Dalam memahami
tentang perbedaan setiap individu, pada dasarnya kita harus pahami betul dan
mencoba utu memahami sifat-sifat manusia. Banyak konsep atau ilmu perilaku yang
muncul dan berkembang dalam memahami sifat-sifat individu di mana dalam
kenyataannya memiliki banyak perbedaan. Salah satu cara untuk memahami yaitu
dengan menganalisis terlebih dahulu prinsip-prinsip dasar yang menjadi bagian
daripada nya.[3]
Perilaku
manusia sangat berbeda antara satu dengan lainnya. Perilaku itu sendiri adalah
suatu fungsi dari interaksi antara seorang individu dengan
lingkungannya. Dilihat dari sifatnya,perbedaan perilaku manusia itu disebabkan
karena kemampuan, kebutuhan, cara berpikir untuk menentukan pilihan
perilaku, pengalaman dan reaksi affektif nya berbeda satu sama lain.Pendekatan
yang sering dipergunakan untuk memahami perilaku manusia adalah;
pendekatan kognitif, reinforcement dan psikoanalitis. Berikut penjelasan ketiga
pendekatan tersebut di lihat dari; penekanan nya, penyebab timbulnya perilaku,
prosesnya, kepentingan masa lalu di dalam menentukan perilaku, tingkat kesadaran
dan data yang dipergunakan.
Perilaku
manusia sangat berbeda antara satu dengan lainnya. Perilaku itu sendiri adalah
suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan lingkungannya.
Ditilik dari sifatnya, perbedaan perilaku manusia itu disebabkan karena
kemampuan, kebutuhan, cara berpikir untuk menentukan pilihan perilaku,
pengalaman, dan reaksi affektif nya berbeda satu sama lain.
Pendekatan
yang sering dipergunakan untuk memahami perilaku manusia adalah; pendekatan
kognitif, reinforcement, dan psikoanalitis. Berikut penjelasan ketiga
pendekatan tersebut dilihat dari; penekanan nya, penyebab timbulnya perilaku,
prosesnya, kepentingan masa lalu di dalam menentukan perilaku, tingkat
kesadaran, dan data yang dipergunakan.[4]
1.
Penekanan
Penekanan
kognitif menekankan mental internal seperti berpikir dan menimbang.Penafsiran
individu tentang lingkungan dipertimbangkan lebih penting dari lingkungan itu
sendiri.Pendekatan penguatan (reinforcement) menekankan pada peranan lingkungan
dalam perilaku manusia. Lingkungan dipandang sebagai suatu sumber stimuli yang
dapat menghasilkan dan memperkuat respon perilaku.Pendekatan psikoanalitis
menekankan peranan sistem personalitas di dalam menentukan suatu perilaku.
Lingkungan dipertimbangkan sepanjang hanya ego yang berinteraksi dengannya untuk
memuaskan keinginan.
2.
Penyebab Timbulnya Perilaku
Pendekatan kognitif,
perilaku dikatakan timbul dari ketidakseimbangan atau ketidaksesuaian pada
struktur kognitif, yang dapat dihasilkan dari persepsi
tentang lingkungan.Pendekatan reinforcement menyatakan bahwa perilaku itu
ditentukan oleh stimuli lingkungan baik sebelum terjadinya perilaku maupun
sebagai hasil dari perilaku.Menurut pendekatan psikoanalitis, perilaku itu
ditimbulkan oleh tegangan (tensions)yang dihasilkan oleh tidak tercapainya
keinginan.
3.
Proses
Pendekatan kognitif
menyatakan bahwa kognisi (pengetahuan dan pengalaman) adalah proses mental, yang
saling menyempurnakan dengan struktur kognisi yang ada. Dan akibat ketidak
sesuaian (inconsistency) dalam struktur menghasilkan perilaku yang dapat
mengurangi ketidak sesuaian tersebut.Pendekatan reinforcement, lingkungan yang
beraksi dalam diri individu mengundang respon yang ditentukan oleh sejarah.
Sifat dari reaksi lingkungan pada respons tersebut menentukan kecendrungan
perilaku masa mendatang.Dalam pendekatan psikoanalitis, keinginan dan harapan
dihasilkan dalam Id kemudian diproses oleh Ego dibawah pengamatan Superego.
4.
Kepentingan
Masa lalu dalam menentukan Perilaku
Pendekatan kognitif
tidak memperhitungkan masa lalu (ahistoric). Pengalaman masalalu hanya
menentukan pada struktur kognitif, dan perilaku adalah suatu fungsi
dari pernyataan masa sekarang dari sistem kognitif seseorang, tanpa
memperhatikan prosesmasuknya dalam sistem.Teori reinforcement bersifat
historic. Suatu respon seseorang pada suatu stimulus tertentu adalah menjadi
suatu fungsi dari sejarah lingkungannya.Menurut pendekatan psikoanalitis, masa
lalu seseorang dapat menjadikan suatu penentuyang relative penting bagi
perilakunya. Kekuatan yang relative dari Id, Ego dan superego ditentukan oleh
interaksi dan pengembangannya dimasa lalu.
5.
Tingkat
dari Kesadaran
Dalam pendekatan
kognitif memang ada aneka ragam tingkatan kesadaran, tetapi dalam kegiatan
mental yang sadar seperti mengetahui, berpikir dan memahami,dipertimbangkan
sangat penting.Dalam teori reinforcement, tidak ada perbedaan antara sadar dan
tidak. Biasanya aktifitas mental dipertimbangkan menjadi bentuk lain dari
perilaku dan tidak dihubungkan dengan kasus kekuasaan apa pun. Aktifitas
mental seperti berpikir dan berperasaan dapat saja diikuti dengan perilaku yang
terbuka, tetapi bukan berarti bahwa berpikir dan berperasaan dapat menyebabkan
terjadinya perilaku terbuka.Pendekatan psikoanalitis hampir sebagian besar
aktifitas mental adalah tidak sadar. Aktifitas tidak sadar dari Id dan
Superego secara luas menentukan perilaku.
6.
Data
Dalam pendekatan
kognitif, data dan sikap, nilai, pengertian dan pengharapan pada dasarnya
dikumpulkan lewat survey dan kuestioner. Pendekatan reinforcement mengukur
stimuli lingkungan dan respon materi atau fisik yang dapat diamati, lewat
observasi langsung atau dengan pertolongan saranateknologi.Pendekatan
psikoanalitis menggunakan daya ekspresi dari keinginan, harapan, dan bukti penekanan
dan boking dari keinginan tersebut lewat analisa mimpi, asosiasi bebas,teknik
proyektif dan hipnotis.[5]
Dasar dasar memahami perilaku:
Dari hasil penelitian dapat disepakati
bahwa:
1. Perilaku adalah akibat
2. Perilaku diarah kan oleh tujuan
3. Perilaku yang dapat diamati secara langsung, dapat diukur
4. Perilaku yang tidak
dapat di amati secara langsung juga penting dalam mencapai tujuan
5. Perilaku di dorong/dimotivasi
Perilaku individu adalah perilaku
seseorang sehari hari di dalam kehidupannya.
Faktor yang
mempengaruhi perilaku individu adalah kepribadian, persepsi, sikap, kemampuan
dan keterampilan, latar belakang keluarga, demografis, pengalaman, kapasitas
belajar.[6]
Individu membawa ke
dalam tatanan organisasi kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan,
dan pengalaman masa lalunya. Ini semuanya adalah karakteristik yang dipunyai
individu, karakteristik ini akan dibawa olehnya manakala ia akan memasuki
sesuatu lingkungan baru, yakni organisasi atau lainnya. Organisasi yang juga
merupakan suatu lingkungan bagi individu mempunyai karakteristik pula. Adapun
karakteristik yang dipunyai organisasi antaranya keteraturan yang diwujudkan
dalam susunan hirarki, pekerjaan-pekerjaan, tugas-tugas, wewenang dan tanggung
jawab, sistem penggajian (reward system), sistem pengendalian dan lain
sebagainya. Jikalau karakteristik organisasi, maka akan terwujudlah perilaku
individu dalam organisasi.[7]
B. Individu dalam Organsasi
Perilaku individu
dalam organisasi adalah bentuk interaksi antara karakteristik individu dengan
karakteristik organisasi. Setiap individu dalam organisasi, semuanya akan
berperilaku berbeda satu sama lain, dan perilakunya adalah ditentukan oleh
masing-masing lingkungannya yang memang berbeda. Individu membawa ke dalam
tatanan organisasi kemampuan,kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan dan
pengalaman masa lalunya.
Karakteristik
yang dipunyai individu ini akan dibawanya manakala memasuki lingkungan baru
yaitu oraganisasi atau yang lainnya. Organisasi juga merupakan suatu lingkungan
yang mempunyai karakteristik seperti keteraturan yang diwujudkan dalam susunan
hirarki, pekerjaan, tugas, wewenang,tanggung jawab, sistem penggajian, sistem
pengendalian, dan sebagainya.Dalam kaitan antara individu dengan organisasi,
maka ia membawa karakteristik individu ke dalam organisasi, sehingga terjadilah
interaksi antara karakteristik individu dengan karakteristik organisasi. Interaksi
keduanya mewujudkan perilaku individu dalam organisasi.Perilaku individu juga
dapat dipahami dengan mempelajari karakteristik individu. Nimran dalam Sopiah
(2008) menjelaskan karakteristik yang melekat pada individu terdiri dari
ciri-ciribiografis, kepribadian, persepsi dan sikap. Berikut adalah penjelasan
dari masing-masing karakteristik tersebut.[8]
C. Mencoba Memahami Sifat-sifat Manusia
Ilmu perilaku telah banyak
mengembangkan cara-cara untuk memahami sifat-sifat manusia. Konsep tentang
manusia itu sendiri telah pula dikembangkan oleh para peneliti perilaku
organisasi. Dan walaupun konsep-konsep tersebut terdapat perbedaan satu sama
lain, namun usaha pengembangan pemahaman mengenai sifat manusia pada umumnya
telah banyak dilakukan. Salah satu cara untuk memahami sifat-sifat manusia ini
ialah dengan menganalisis kembali prinsip-prinsip dasar yang merupakan salah
satu bagian daripadanya. Prinsip-prinsip dasar tersebut dapat kiranya
dikemukakan sebagai berikut.[9]
(1)
Manusia berbeda
perilakunya, karena kemampuannya tidak sama
Prinsip dasar kemampuan ini amat
penting diketahui untuk memahami mengapa seseorang berbuat dan berperilaku
berbeda dengan yang lain. Karena terbatasnya kemampuan ini, seseorang bisa
berbuat menjahit satu celana dalam waktu 10 menit, orang lain memerlukan 3 hari
dalam hal yang sama. Karena kemampuan ini, seseorang pimpinan bila mengatasi
persoalan yang rumit hanya memerlukan beberapa saat saja, tetapi tidaklah
demikian dengan pimpinan yang lain, ia memerlukan puasa tiga hari tiga malam,
berkonsultasi dengan seorang tua di suatu desa yang diagung-agungkan, dan
banyak cara yang dilakukan. Terbatasnya kemampuan ini membuat seseorang
bertingkah laku yang berbeda. Banyak yang diinginkan manusia, tetapi jawaban
manusia untuk mewujudkan keinginannya itu terbatas, sehingga menyebabkan semua
yang diinginkan itu tidak tercapai.
Kemampuan (ability) berarti
kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan
(Stephen P. Robbins & Timothy A. J 2008:57). Kemampuan setiap individu tidaklah
sama. Diihat dari sudut pandang ini, kemampuan individu dapadt membedakan
perilakunya. Menurut Stephen P. Robbins dan Timothy A.J, bahwa kecerdasam
adalah satu karakteristik yang dibawa individu keeetika mereka bergabung dalam
suatu organisasi. Dalam hal ini dapat terlihat bagaimana perbedaan individu
dalam bentuk kemampuan (yang termasuk keserdasan) dan karateristik biografis
(seperti usia, gender, ras, dan masa jabatan) dapat mempengaruhi kinerja
individu. Tetapi pada intinya adalah mengetahui bagaimana setiap individu
bisaaa memiliki kemampuan yang berbeda dan dapat memanfaatkan pengetahuan
tersebut untuk meningkatkan kemungkinan seseorang melakukan pekerjaan dengan
baik.
(2)
Manusia mempunyai kebutuhan
yang berbeda
Ahli-ahli ilmu perilaku umunya
membicarakan bahwa manusia ini berperilaku karena didorong oleh serangkaian
kebutuhan. Dengan kebutuhan ini dimaksudkan adalah beberapa pertanyaan di dalam
diri seseorang (internal state) yang menyebabkan seseorang itu berbuat untuk
mencapainya sebagai suatu obyek atau hasil.
Setiap individu berperilaku
berbeda karena dilatarbelakangi dengan kebutuhan individu yang berbeda.
Seperti halnya seorang karyawan pabrik yang rajin bekerja setiap hari karena
butuh uang untuk makan dan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan sangat
jelas berbeda dengan karyawan yang bekerja karena butuh penghargaan social dari
lingkungannya. Pemahaman kebutuhan yang berbeda dari setiap individu ini sangat
bermanfaat dalam memahami konsep perilaku individu dalam organisasi.
(3)
Orang berpikir tentang masa depan, dan membuat
pilihan tentang bagaimana bertindak
Kebutuhan-kebutuhan manusia dapat
dipenuhi lewat perilakunya masing-masing. Di dalam banyak hal, seorang
dihadapkan dengan sejumlah kebutuhan yang potensial harus dipenuhi lewat
perilaku yang dipilihnya. Cara untuk menjelaskan bagaimana seseorang membuat
pilihan di antara sejumlah besar rangkaian pilihan perilaku yang terbuka
baginya, adalah dengan mempergunakan penjelasan teori expectancy.
Setiap individu dalam berpikir
tentang masa depan pastilah tidak sama. Begitu pun dengan keputusan-keputusan
yang dibuat dan dipilih dalam bertindak. Kadang kala kebutuhan-kebutuhan
potensial harus dipenuhi individu lewat perilaku yang dipilihnya akan berlanjut
dan berkembang untuk masa depannya. Making decision artinya bagaimana individu
membuat keputusan-keputusan atau pilihan tentang bagaimana individu bertindak.
Cara yang dapat menjelaskan yakni dengan teori expectancy. Diman kemudian
individu dapat memutuskan untuk berperilaku dalam cara yang dirasakan memiliki
kesempatan yang terbaik untuk menghasilkan hasil-hasil yang positif.
(4)
Seseorang memahami
lingkungannya dalam hubungannya dengan pengalaman masa lalu dan kebutuhannya
Setiap kebutuhan-kebutuhan dan
pengalaman seorang individu itu sering kali berbeda sifatnya, maka
perseps terhadap lingkungan pun akan berbeda. Contohnya orang-orang yang berada
dalam organisasi yang sama kerap kali mempunyai perbedaan didala berpengharapan
(expectancy) mengenai suatu jenis perilaku yang membuahkan suatu penghargaan,
misalnya naik gaji atau cepat promosi.
(5)
Seseorang itu mempunyai
reaksi-reaksi senang atau tidak senang (affective)
Perasaan senang dan tidak senang
ini akan menjadikan individu berbuat atau bertindak berbeda dengan orang
laindalam rangka menanggapi sesuatu hal. Seseorang yang bekerja ditempat
yang sama dengan mendapatkan gaji tertentu belum tentu keduanya merasa puas.
(6)
Banyak faktor yang
menentukan sikap dan perilaku seseorang
D. Beberapa Hampiran untuk Memahami Perilaku
Ada beberapa hampiran yang
dikembangkan oleh para ahli ilmu perilaku untuk memahami perilaku manusia yang
berinteraksi dengan lingkungannya. Hampiran (approach) pemahaman perilaku itu
pada umumnya dapat dikelompokkan atas tiga hampiran, yakni : Hampiran Kognitif,
Hampiran Penguatan (reinforcement), dan Hampiran Psikoanalitis.
a.
Hampiran Kognitif
Pendekatan ini
pada dasarnya lebih menekankan pada peranan individu dalam berinteraksi dengan
lingkungan atau mental internal seperti berpikir dan menimbang. Penafsiran atau
persepsi indivisu terhadap lingkungan lebih dipertimbangkan daripada lingkungan
itu sendiri. Perilaku yang timbul didalam pendekatan ini yakni dari adanya
ketidakseimbangan atau keetidaksesuaian pada struktur kognitif yang dihasilkan
dari persepsi-persepsi tentang lingkungan. Dalam prosesnya pendekatan ini adalah
proses mental yang menyempurnakan dan disempurnakan oleh struktur kognitif yang
ada. Akibat adanya ketidaksesuaian didalam struktur, menghasilkan perilaku yang
dapat mengurangi ketidaksesuaian tersebut. Pendekatan ini tidak memperhitungkan
masa lalu individu. Tetapi hanya menentukan pada struktur kognitif. Dalam hal
ini data-data atau sikap-sikap, nilai, pengertian dan harapan dikumpulkan lewat
survei dan kuisoner.
Ada tiga hal
yang umum terdapat di dalam pembicaraan teori kognitif ini. Tiga hal itu antara
lain: elemen kognitif, struktur kognitif dan fungsi kognitif. Berikut ini akan
diuraikan ketiga hal tersebut.
1.
Elemen Kognitif
Cognition menurut Neisser adalah aktivitas untuk
mengetahui, misalnya kegiatan untuk mencapai yang dikehendaki, pengaturannya,
dan penggunaan pengetahuan. Hal ini adalah sesuatu kegiatan yang dilakukan baik
oleh organisme atau pun oleh orang-perorangan. Dari alasan inilah maka
pengetahuan mengenai cognition ini merupakan bagian dari psikologi, teori-teori
mengenai cognition ini merupakan teori psikologi.[10]
2.
Struktur Kognitif
Struktur kognitif bisa berupa bermacam-macam bentuk.
Ia mempunyai sejumlah hal dan bisa menghasilkan konsekuensi-konsekuensi yang
berbeda. Adapun hal-hal yang dimiliki oleh struktur kognitif ini antara lain:[11]
(1)
Struktur kognitif mempunyai
perbedaan atau kekomplekkan yang jamak, yang semuanya itu ditentukan oleh
sejumlah dan bermacam-macamnya kognisi-kognisi yang berbeda dan yang
menghasilkan sistem kognisi tertentu.
(2)
Harta milik kedua dari
struktur kognitif adalah kesatuannya suatu sistem atau consonance.
3.
Fungsi Kognitif
Sistem kognitif mempunyai beberapa fungsi. Di antara
fungsi-fungsi itu antara lain:
(1)
Memberikan pengertian pada
kognitif baru,
(2)
Menghasilkan emosi,
(3)
Membentuk sikap,
(4)
Memberikan motivasi
terhadap konsukuensi perilaku.
b.
Hampiran Penguatan
(Reinforcement Approach)
Pendekatan ini
menekankan pada peranan lingkumgan dalam perilaku manusia yang dianggap sebagai
suatu sumber stimuli yang dapat menghasilkan dan memperkuat respon-respon
perilaku. Perilaku ditentukan oleh stimuli lingkungan baik sebelum terjadinya
perilaku maupun sebagai hasil dari perilaku. Lingkungan yang beraksi dalam diri
individu mengundang suatu respon yang ditentukan oleh keturunan dan masa lalu.
Sehingga akan menentuan kecenderungan-kecenderungan perilaku individu pada masa
yang akan dating. Pendekatan ini bersifat histories dan tidak ada perbedaan
antara sadar dan tidak sadar. Pendekatan ini mengukur stimuli lingkungan dan
respon materi atau fisik yang dapat diamati lewat observasi langsung atau
dengan bantuan teknologi.
Konsepsi Penguatan (Reinforcement Concept)
Suatu
penguat menaikkan probabilitas bahwa stimulus yang menghasilkan respon-respon
lagi yang sama, respon-respon tersebut akan diulang. Penguat positif adalah
suatu hasil dari respon yang dapat menguatkan asosiasi antara respon dan
stimulus.[12]
c.
Hampiran
Psikoanalitis
Menekankan
pada peranan system psikoanalitis dalam menentukan suatu perilaku. Lingkungan
dipertimbangkan sepanjang hanya sebagai ego yang bertinteraksi dengannya untuk
memuaskan keinginan-keinginan Id. Perilaku yang timbul oleh
tegangan-tegangan (tension) yang dihasilkan oleh tidak tercapainya
keinginan-keinginan yang berasal dari Id. Keinginan dan harapan dihasilkan
dalam Id dan kemudian diproses dan dikerjakan oleh ego dibawah pengamatan
superego. Masa lalu seseorang dapat menjadikan suatu penentu yang relative
penting bagi perilakunya. Sifat Id dan superego adalah keduanya diturunkan dan
kekuatan yang relative dari Id, ego dan super ego adalah ditentukan oleh
interaksi-interaksi dan pengembangannya dimasa lalu. Hampir sebagian besar
aktivitas mental adalah menetukan perilaku. Data ekspresi dari
keinginan-keinginan, harapan-harapan dan bukti penekanan dan penghambat atau
penahan dari keinginan tersebtu lewat analisis mimpi, asosiasi bebas,
teknik-teknik proyektif dan hipnotis.[13]
BAB III
PENUTUP
Dasar organisasi itu
terletak pada filosofi manajemen, nilai-nilai, visi dan tujuan.Hal ini pada
gilirannya mendorong budaya organisasi yang terdiri dari organisasi formal,
organisasi informal, dan lingkungan sosial. budaya menentukan jenis dari
kepemimpinan, komunikasi, dan dinamika kelompok dalam organisasi. Para pekerja
menganggap ini sebagai kualitas kehidupan kerja yang mengarahkan motivasi gelar
mereka. Hasil akhir adalah kinerja, kepuasan individu, dan pertumbuhan pribadi
dan pengembangan. Semua elemen ini bergabung untuk membangun model atau
kerangka kerja yang beroperasi dari organisasi.
Ada empat model utama atau kerangka
kerja organisasi. Dasar model ini adalah :
1.
Kekuatan dengan
orientasi manajerial otoritas.
Karyawan pada gilirannya berorientasi
pada ketaatan dan ketergantungan pada bos.
2.
Kebutuhan karyawan
yang terpenuhi adalah subsistem.
3.
Hasil kinerja minim
studi Organisasi, perilaku organisasi.
4.
Teori organisasi
adalah studi sistematis dan aplikasi pengetahuan tentang bagaimana orang -
sebagai individu dan sebagai kelompok - bertindak di dalam organisasi.
Perilaku Organisasi
adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari bagaimana seharusnya perilaku
tingkat individu, tingkat kelompok, serta dampaknya terhadap kinerja (baik
kinerja individual, kelompok, maupun organisasi).
Perilaku organisasi
juga dikenal sebagai Studi tentang organisasi. Studi ini adalah sebuah bidang
telaah akademik khusus yang mempelajari organisasi, dengan memanfaatkan
metode-metode dari ekonomi, sosiologi, ilmu politik, antropologi dan psikologi.
Disiplin-disiplin lain yang terkait dengan studi ini adalah studi tentang
Sumber daya manusia dan psikologi industri serta perilaku organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Thoha,
Miftah. 2011. Perilaku Organisasi (Konsep Dasar dan Aplikasinya). Jakarta:
Rajawali Pers
Imam Wahjono, Sentot. 2010.
Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu
Nadler,
David A.; Hackman J. Richard; Lawler III, Edward E.; Managing Organizational
Behavior, Boston, Toronto, Little Brown and Company, 1979.
Neisser,
Ulric;.Cognition and Reality, Principle and Implications of Cognitive
Pychology, San Francisco, W. H. Freeman and Company, 1976.
Reitz, Joseph H.; Behavior in Organization, Homewood,
Illinois, Richard D. Irwin, 1977
[1]
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi (Konsep Dasar dan Aplikasinya) (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011), hlm. 34
[2]
http://lukmancoroners.blogspot.com/2010/04/perilaku-individu-dalam-organisasi.html
[3]
Imam Wahjono, Sentot. 2010.
Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu
[4]
http://lukmancoroners.blogspot.com/2010/04/perilaku-individu-dalam-organisasi.html
[5]
http://www.scribd.com/doc/38037651/Perilaku-Individu-Dalam-Organisasi
[6]
http://kasbiransyahbolex190380.blogspot.com/2013/05/ringkasan-buku-perilaku-organisasi.html
[7]
David A. Nadler; J. Richard Hackman; Edward E. Lawler III, Managing
Organizational Behavior, Boston, Toronto, Little Brown and Company, 1979, hlm.
27-28
[8]
http://www.academia.edu/4844969/PERILAKU_INDIVIDU_DALAM_ORGANISASI
[9]
Ibid, hlm. 28-36
[10]
Ulric Neisser, Cognition and Reality, Principle and Implications of Cognitive
Pychology, San Francisco, W. H. Freeman and Company, 1976, hlm. 1.
[11]
Untuk lebih jelas dan lengkap keterangan tentang kognitif ini, silahkan lihat
David Krech, R.S. Crutchfield, dan E.L. Bllachey,”Cognition” dalam Individual
in Sociology: A Texbook of Social Psychology, New York, McGraw-Hill Book Co.,
1962. Bab 2.
[12]
H. Joseph Reitz, Behavior in Organization, Homewood, Illinois, Richard D.
Irwin, Inc., 1977. Hlm. 57
[13]
http://derafitria.wordpress.com/2012/09/28/perilaku-individu-dalam-organisasi/
Post a Comment