BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai barang komoditi, pendidikan merupakan barang konsumsi dan sekaligus sebagai barang investasi. Sebagai barang konsumsi, ia memberikan kepuasan kepada manusia secara langsung pada saat memperoleh pendidikan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Sebagai barang investasi ia diharapkan tidak hanya memberikan kepuasan sesaat, tetapi mempunyai kapasitas jangka panjang untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik dimasa yang akan datang (Psacharopoulos dan Woodhall, (1985). Pendidikan sebagai investasi akan selalu berperan bahwa pada waktu yang akan datang berfungsi sebagai modal dasar dalam pertumbuhan ekonomi maupun pembangunan bangsa, khususnya pembangunan otonomi daerah (UU No. 32/Th. 2004).
Kita semua menyadari bahwa sebagai barang investasi, pendidikan merupakan unsur penting dalam pembentukan sumber daya modal manusia (human capital) yang tidak kalah pentingnya dengan sumber daya modal fisik (physical capital) yang secara bersama-sama berkontribusi kepada pertumbuhan ekonomi dan pembangunan bangsa pada umumnya. Kualitas sumber daya modal manusia suatu bangsa bersumber dari dua, yaitu dari unsur genetic dan unsur kemampuan yang di perolehnya. Pendidikan sebagai investasi memberikan andil dalam pembentukan unsur kedua tersebut. Kesadaran seperti ini mula-mula diangkat oleh Schultz (1961) bahwa “The production of human capital is derived from the acquition of the amount of know ledge and skills during the scooling period”, masalah tersebut kemudian dikembangkan lebih jauh oleh tokoh-tokoh aliran “human capital” berikutnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar dari investasi pendidikan?
2. Bagaimanakah analisis dan pengukuran nilai pada pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat dan Konsep Nilai Pendidikan sebagai Social Investment dan sebagai Private Investment
Konsep pendidikan sebagai sebuah investasi (education as investment) telah berkembang secara pesat dan semakin diyakini oleh setiap negara bahwa pembangunan sektor pendidikan merupakan prasyarat kunci bagi pertumbuhan sektor-sektor pembangunan lainnya. Menurut Nurul falik (2004), Konsep tentang investasi sumber daya manusia (human capital investment) yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi (economic growth), sebenarnya telah mulai dipikirkan sejak zaman Adam Smith (1776), Heinrich Von Thunen (1875) dan para teoritisi klasik lainnya sebelum abad ke-19 yang menekankan pentingnya investasi keterampilan manusia.
Pemikiran ilmiah ini baru mengambil tonggak penting pada tahun 1960-an ketika Theodore Schultz, yang merupakan peletak dasar teori human capital modern, berpidato dengan judul “Investment in Human Capital” dihadapan The American Economic Association. Pesan utama dari pidato tersebut sederhananya adalah bahwa proses perolehan pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan bukan merupakan suatu bentuk konsumsi semata-mata, akan tetapi juga merupakan suatu investasi.
Schultz (1961) dan Deninson (1962) kemudian memperlihatkan bahwa pembangunan sektor pendidikan dengan manusia sebagai fokus intinya telah memberikan kontribusi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara, melalui peningkatan keterampilan dan kemampuan produksi dari tenaga kerja. Cara pandang ini telah mendorong ketertarikan sejumlah ahli untuk meneliti mengenai nilai ekonomi dari pendidikan.
Alasan utama dari perubahan pandangan ini adalah adanya pertumbuhan minat dan interest selama tahun 1960-an mengenai nilai ekonomi dari pendidikan. Pada tahun 1962, Bowman, mengenalkan suatu konsep “Revolusi Investasi Manusia di Dalam Pemikiran Ekonomis” Para peneliti lainnya seperti Deninson (1962), Becker (1969) dan yang lainnya turut melakukan pengujian terhadap teori human capital ini.
Konsep tentang investasi sumber daya manusia (human investment) yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi telah semakin mendapat pengakuan. manusia diposisikan sebagai suatu bentuk kapital sebagaimana bentuk-bentuk kapital lainnya (seperti teknonologi, mesin, tanah, uang, dsb.) yang sangat menentukan terhadap pertumbuhan produktivitas suatu bangsa. Melalui investasi dirinya sendiri seseorang dapat memperluas alternatif untuk memilih profesi, pekerjaan atau kegiatan-kegiatan lain sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Human capital ini dapat diaplikasikan melalui berbagai bentuk investasi sumber daya manusia diantaranya pendidikan, peningkatan kesehatan dan gizi, program kependudukan, dan sebagainya. Dengan demikian, Investasi sumber daya manusia (SDM) bukan merupakan tanggung jawab salah satu sektor pembangunan, tetapi tanggung jawab multisektor di dalam suatu kesatuan secara integral.
Namun dari berbagai bentuk investasi SDM tersebut, pendidikan dapat dikatakan sebagai katalisator utama pengembangan SDM, dengan anggapan bahwa semakin terdidik seseorang, semakin tinggi pula tingkat kesadarannya terhadap kesehatan, partisipasi politik, dan kegiatan lainnya. Berikut ini adalah beberapa argumen yang dapat dikemukakan bahwa investasi pendidikan memiliki keunggulan kompetitif jika dibandingkan dengan investasi di sector lain.
Ada dua jenis indikator yang dijadikan acuan untuk menilai bentuk manfaat dari investasi pendidikan, yaitu :
1. Private rate of return
Private rate of return (nilai kembali bagi perseorangan) dimaksudkan untuk mengukur keuntungan secara individu dalam menghabiskan biaya/uang pada pendidikannya sendiri, seperti dengan cara mengukur penambahan pendapatan di masa yag akan datang. Jadi Private rate of return berhubungan secara langsung dengan kebutuhan pendidikan dan pembiayaan pendidikan, dimana nilai manfaatnya dilihat dari dua jenis :
a) kenaikan produksi barang dan jasa oleh seorang anggota angkatan kerja yang diakibatkan proses pendidian/latihan yang diterimanya.
b) Kenaikan mutu kehidupan atau kepuasaan jiwa yang dinikmati oleh seseorang disebabkan pendidikannya.
2. Sosial rate of return
Sosial rate of return (nilai kembali bagi masyarakat) berhubungan dengan biaya dan keuntungan pendidikan untuk masyarakat secara keseluruhan dan bukan untuk perseorangan, artinya :
a) adanya seeorang yang menikmati keuntungan tersebut tidak mengurangi kemungkinan orang lain untuk menikmatinya juga.
b) Tak seorang pun dapat dihindari menikmati manfaat/keuntungan tersebut terlepas apakah ia ikut serta atau tidak dalam pembiayaan.
Sosial rate of return dari bidang pendidikan timbul dalam dua bentuk, yaitu :
- Pendidikan meningkatkan produktivitas perekonomian sebagai keseluruhan, dengan demikian menciptakan kesempatan ekonomi yang lebih baik, menguntungkan baik bagi mereka yang mengikuti pendidikan, yang sudah lama meninggalkan pendidikan maupun bagi yang tidak berkesempatan bersekolah.
- Dengan menciptakan suatu penduduk yang terdidik, maka sistem pemerintahan akan ikut lebih baik.
B. Analisis dan Pengukuran Nilai Pendidikan
Investasi pendidikan memberikan nilai balik (Rate Of Return) yang lebih tinggi dari pada investasi fisik di bidang lain. Nilai balik pendidikan adalah perbandingan antara total biaya yang dikeluarkan untuk membiayai pendidikan dengan total pendapatan yang akan diperoleh setelah seseorang lulus dan memasuki dunia kerja.
Teknis-teknis analisis yang biasa digunakan untuk menilai apakah suatu investasi pendidikan bermanfaat atau tidak, diantaranya digunakan pendekatan-pendekatan analisis seperti :
1. Analisis efisiensi internal (internal efficiency)
Analisis efisiensi internal diperlukan untuk mengetahui apakah investasi yang dilakukan benar-benar dapat mendayagunakan sumber daya secara efektif untuk mencapai output pendidikan setinggi mungkin. Satuan pendidikan dinilai memiliki efisiensi internal jika dapat menghasilkan keluaran yang diharapkan dengan biaya minimal atau jika untuk suatu masukan sumber pendidikan tertentu, dapat memaksimalkan keluaran yang diharapkan. Keluaran pendidikan dibedakan atas dua jenis, yang pertama berupa hasil-hasil pendidikan yang diperoleh secara langsung di sekolah, dan yang kedua adalah “dampak” pendidikan pada kehidupan lulusan dari suatu sistem pendidikan. Efisiensi internal suatu sistem pendidikan dapat digambarkan melalui dua kategori indikator, yaitu indikator kuantitatif dan indikator kualitatif. Indikator kuantitatif adalah indikator yang dapat dikuantifikasikan melalui perhitungan statistic dalam bentuk angka-angka sebagai satuan ukurannya. Indikator kuantitatif ini mencakup : (1) angka mengulang kelas, (2) angka putus sekolah, (3) angka bertahan (retention rate), (4) tingkat kelulusan, serta (5) jangka waktu/lamanya penyelesaian studi. Indikator kualitatif adalah indikator yang menggambarkan kualitas, yang tidak dapat ditunjukan dalam bentuk angka-angka sebagai satuan ukurannya. Aspek efisiensi internal ini tidak mudah untuk diukur (misalnya pengetahuan, keterampilan, perubahan sikap dan nilai modernitas, produktivitas kerja dan aspek sosial). Kemajuan individual dalam memperoleh kemampuan bergantung pada karakteristik pribadi (motivasi, kecakapan, latar belakang keluarga, dsb.), lingkungan pendidikan (pemilikan buku, bahan, dsb.), dan karakteristik sekolah (ruang kelas, guru-guru, dan teman-temannya).
Adanya perbedaan factor-faktor ini, maka tantangan bagi perencanaan pendidikan untuk mengkombinasikan factor lingkungan dan siswa yang paling baik dan efsien.
2. Analisis efisiensi eksternal (external efficiency)
Teknik analisis yang dapat digolongkan ke dalam analisis efisiensi eksternal adalah :
a. Model fungsi produksi pendidikan (education production function model)
Pendekatan pertumbuhan ini didasarkan pada konsepsi “fungsi produksi” yang mengasosiasikan antara keluaran (Y) dan factor-faktor masukan yang terdiri atas factor capital (K) dan factor tenaga kerja (L). bentuk yang paling sederhana dari fungsi produksi ini ialah fungsi produksi linier homogen, seperti yang dapat digambarkan bahwa Y = f (K, L). jika pertumbuhan ini secara keseluruhan ditentuka oleh modal fisik (K) dan tenaga kerja (L), sangat dimungkinkan untuk merinci tingkat pertumbuhan keluaran tersebut terhadap komponen (K) dan komponen (L), pertumbuhan ekonomi yang ditentukan oleh komponen (L) dapat ditafsirkan sebagai sumbangan pendidikan terhadap pertumbuhan.
b. Model analisis biaya dan manfaat pendidikan (cost and benefit model)
Analisis cost & benefit yaitu dengan membandingkan seberapa besar manfaat investasi pendidikan (pada suatu jenjang atau jenis tertentu) relative terhadap biaya yang dikeluarkan. Model analisis ini menggunakan asumsi bahwa pasar tenaga kerja bersifat kompetitif penuh sehingga penghasilan yang diperoleh seorang lulusan pendidikan merupakan indikator penting dari produktivitas (pengetahuan, keterampilan, dan keahlian) yang dimiliki oleh lulusan yang bersangkutan. Teknik analisis yang sering digunakan untuk menghitung cost & benefit, antara lain :
1) Benefit Cost Ratio (BCR) yaitu perbandingan jumlah keuntungan masa depan dengan jumlah biaya yang telah dikeluarkan, yang masing-masing telah dilakukan pengurangan nilai agar dapat diperoleh angka nilai sekarang.
2) Net Present Value (NPV) yaitu nilai sekarang dari seluruh keuntungan yang akan diperoleh dari suatu kegiatan investasi dikurangi dengan nilai sekarang dari seluruh biaya yang dikeluarkan.
3) Internal Rate of Return (IRR) yaitu suatu angka besaran (rate of discount) yang dapat menyamakan antara besarnya biaya dalam nilai sekarang yang diharapkan diperoleh di masa depan sebagai hasil dari suatu investasi.
Dari ketiga teknik tersebut, BCR & NPV jarang digunakan dalam menghitung cost & benefit investasi pendidikan, tetapi sebaliknya teknik NPV merupakan indikator investasi yang lebih baik dalam analisis investasi fisikal. Rate of Return merupakan kriteria lebih baik untuk menghitung cost & benefit investasi pendidikan, kelebihan yang diperoleh dari IRR dalam perhitungan tingkat keuntungan dalam pendidikan, diantaranya :
a) IRR lebih bersifat menyeluruh dan lebih dapat digeneralisir dalam lingkup yang lebih luas
b) IRR dalam analisis cost and benefit tidak perlu menggunakan asumsi tentang tingkat bunga ke dalam analisis sebagai syarat untuk menentukan tingkat keuntungan dari suatu investasi.
IRR ( r ) perhitungannya adalah sebagai berikut :
Niai ( r ) ini sering disebut sebagai diskonto untuk manfaat masa depan dan nilai “penambah” untuk biaya yang telah dikeluarkan di masa lalu. Nilai ( r ) ini pertama-tama digunakan untuk menghitung biaya dengan nilai sekarang (C[0]). Selanjutnya, ( r ) ini disimulasikan di dalam rumus B (0) sehingga mencapai nilai ( r) tertentu yang dapat menyamakan B (0) dengan C (0) tadi.
Dengan demikian, jika ingin menghitung IRR tamatan SMA ialah sebagai berikut.
c. Model analisis kebutuhan dan penyediaan tenaga kerja terdidik (educated manpower requirement model)
Beberapa model yang biasa digunakan oleh para pengembang SDM untuk mengukur analisis kebutuhan dan penyediaan tenaga kerja, yaitu sebagai berikut.
1) Model Persediaan Angkatan Kerja TPAK yang menggunakan estimasi linier dalam perkiraan angkatan kerja berdasarkan kecenderungan masa lalu.
2) Model Persediaan Tenaga Kerja Keluaran Pendidikan pendekatan Kohort yang menggunakan pendekatan arus murid mulai penduduk kelompok usia sekolah, ke setiap jenjang pendidikan, putus sekolah dan mengulang kelas, sampai kepada keluaran setiap jenis dan jenjang pendidikan.
3) Model Kesempatan Kerja Sederhana Rasio Tetap sebagai salah satu cara memperkirakan kebutuhan tenaga kerja berdasarkan perbandingan antara investasi dengan tenaga kerja secara total.
4) Model Elastistas Kesempatan Kerja yang melakukan perkiraan kebutuhan tenaga kerja atas dasar elastisitas kesempatan kerja sektoral.
5) Model Kesempatan Kerja dengan menggunakan pendekatan fungsi produksi yang memperkirakan kebutuhan tenaga kerja dengan mencari hubungan antar berbagai variable yang menunjang proses produksi.
6) Model Kesempatan Kerja dengan menggunakan pendekatan masukan – keluaran (I – O model) yang memperkirakan kesempatan kerja dengan menggunakan table I – O yang berbentuk matriks yang menggambarkan transaksi barang dan jasa antar berbagai sector ekonomi.
7) Model Penjabaran Kebutuhan Tenaga Kerja yang memperkirakan jumlah kebutuhan tenaga kerja masing-masing kategori pendidikan, jabatan, dan lapangan usaha dengan menggunakan matriks koefisien, baik yang tetap maupun dinamis.
Analisis ketenagaakerjaan yang banyak dilakukan sekarang ialah membandingkan antara lulusan pendidikan sebagai pemasok tenaga kerja terdidik dengan kebutuhan lapangan kerja yang ada sebagai akibat dari investasi lapangan kerja. Namun, yang dapat dilakukan oleh model kebutuhan tenaga kerja paling bagus hanyalah membandingkan antara sisi kebutuhan dan sisi persediaan tenaga kerja di lihat dari segi jumlah kuantitatif sehingga dapat diperkirakan kesenjangan diantara kedua sisi tersebut dalam bentuk pengangguran potensial (surplus) atau kekurangan (shortage) tenaga kerja
Penerapan analsis efisiensi baik internal maupun eksternal ini, juga dapat dipandang dari sisi lainnya, yaitu efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis. Efisiensi teknis merujuk pada pencapaian tingkat atau kuantitas tertantu atau keluaran fisik sebagai produk dari kombinasi semua jenis dan tingkat masukan yang berbeda. Efisiensi ekonomis menunjuk pada penempatan ukuran-ukuran kegunaan dan/atau harga pada masukan yang digunakan dan keluaran yang dicapai. cara penerapan yang lebih dapat digunakan untuk analisis pendidian bergantung pada bagaimana suatu program pendidikan itu dikaji dan diuji. Jika suatu program pendidikan dianggap sebagai suatu jenis komoditas pasar di dalam ekonomi pasar yang kompetitif (seperti sekolah kejuruan atau pendidikan profesional), hal ini merupakan pusat perhatian efisiensi ekonomi. Di lain pihak, jika suatu program pendidikan itu dipandang semata-mata sebagai public goods (pendidikan wajib), efisiensi teknis merupakan persoalan yang relevan di dalam menilai mutu pendidikan.
Dalam situasi pasar pendidikan harus memiliki kemampuan bersaing dengan program pendidikan lainnya sehingga harus mencapai tingkat efisiensi sistem yang optimal. Program pendidikan yang efisien akan memaksa program-program lain yang kurang efisien (yang lebih rendah atau sama mutunya, tetapi dengan biaya lebih tinggi) untuk keluar atau tersisihkan dari persaingan pasar.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Investasi dalam bidang pendidikan tidak semata-mata untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi tetapi lebih luas lagi yaitu perkembangan ekonomi. Selama Orde Baru kita selalu bangga dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, namun pertumbuhan ekonomi yang tinggi itu hancur lebur karena tidak didukung oleh adanya sumber daya manusia yang berpendidikan. Orde Baru banyak melahirkan orang kaya yang tidak memiliki kejujuran dan keadilan, tetapi lebih banyak lagi melahirkan orang miskin. Akhirnya pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati sebagian orang dan dengan tingkat ketergantungan yang amat besar.
Perkembangan ekonomi akan tercapai bila sumber daya manusianya memiliki etika, moral, rasa tanggung jawab, rasa keadilan, jujur, serta menyadari hak dan kewajiban yang kesemuanya itu merupakan indikator hasil pendidikan yang lebih baik, berkualitas dan bermutu. Inilah saatnya bagi negeri ini untuk merenungkan bagaimana merencanakan sebuah sistem pendidikan yang baik untuk mendukung perkembangan ekonomi. Selain itu pendidikan juga sebagai alat pemersatu bangsa yang saat ini sedang diancam perpecahan.
Investasi di bidang pendidikan merupakan suatu bentuk jaminan masa depan bangsa yang lebih baik. Memang tidak dapat secara langsung mengubah masa depan bangsa. Tentunya hal ini merupakan proses yang membutuhkan kesabaran dan keuletan sehingga mampu menciptakan insaninsan bangsa yang intelektual. Pendidikan bukan hanya sebagai sebuah bonafiditas tetapi di balik itu pendidikan menyimpan suatu kekayaan intelektual yang memiliki nilai yang tak terhingga. Singkatnya pendidikan adalah sebagai investasi jangka panjang yang harus menjadi pilihan utama bagi bangsa dan negara.
DAFTAR PUSTAKA
Nurulfalik, I, 2004. Pendidikan dan Investasi, TEROPONG Suplemen PIKIRAN RAKYAT, Bandung, Edisi 05 April 2004.
Suryadi, Ace. 1999. Pendidikan, Investasi SDM, dan Pembangunan. Jakarta : Balai Pustaka.
Tilaar, HAR dan Suryadi, Ace. 1999. Analisis Kebijakan Pendidikan, Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Post a Comment